Kelemahan

Posted by Derry Adrian Saleh on January 20, 2023 in Ahmad Sarwat, Pendidikan |

oleh Ahmad Sarwat.

Meski saya lahir di Mesir, namun belajar bahasa Arab saya bukan di Mesir, tapi ikut kuliah di program I’dad Lughawi di LIPIA.

Dua tahun ikut perkuliahan bahasa Arab di LIPIA, ternyata ada 4 keunggulan tapi punya 1 kelemahan.

Empat keunggulan maksudnya bukan buat pamer apalagi sombong, tapi maksudnya skill berbahasa yang lebih ditonjolkan atau lebih diunggulkan. Apa saja itu?

Pertama : kemampuan memahami teks berbahasa Arab, dikenal dengan istilah (فهم المقروء).

Baca teks kitab tebal dalam bahasa Arab dan kudu paham isi dan maksudnya. Penekanannya sudah bukan lagi pada grammarnya, tapi memahami kontennya.

Kedua : kemampuan memahami bahasa Arab lisan alias paham pembicaraan dalam bahasa Arab. Istilahnya adalah (فهم المسموع).
Memang tidak mudah memahami orang Arab betulan ngomong. Kuping kita perlu dilatih bertahun-tahun sampai bisa dengan mudah memahami apa yang mereka omongkan.

Sekedar catatan, orang Arab itu kalau ngomong kayak kereta speednya. Kalau otak kita disetel slow, maka loading melulu bakalannya.

Ketiga : kemampuan menulis dalam bahasa Arab secara aktif, disebut dengan kemampuan ber-ta’bir alias (تعبير تحريري).

Ini penting karena menjawab soal ujian semuanya pakai bahasa Arab. Dan jumlah lembar jawabannya sudah kayak ngarang buku.

Keempat : kemampuan bicara dengan lisan berbahasa Arab secara aktif, disebut dengan kemampuan ber-ta’bir syafahi (تعبير شفهي).

Kemampuan ini termasuk yang paling lemah, bahkan meski sudah kuliah 7 tahun di LIPIA, namun kemampuan bicara saya dalam bahasa Arab masih sekelas emergency.
Saya masih belum mampu stand-up comedy di depan orang Arab, sampai bikin mereka terbahak-bahak sambil memegangi perut yang kejang kebanyakan ketawa. Level saya belum sampai situ.

* * *

Tapi ada satu kekurang rada fatal ketika belajar bahasa Arab di LIPIA. Saya tidak pernah diajarkan kemampuan translate alias menerjemahkan, baik dari bahasa Arab ke b Indonesia atau sebaliknya dari Indonesia ke Arab.

Kalau pun mampu, bukan dalam arti melakukan penerjemahan, tapi mampu dalam rangka mengkritik dan menyalahkan hasil terjemahan orang. Kritikus terjemahan, kira-kira kayak gitu.

Saya termasuk sedikit orang yang rada anti dengan buku-buku terjemahan Arab Indonesia. Mohon maaf bukan ingin sombong, tapi saya tahu persis terjemahan itu keliru dan kesalahannya teramat fatal.

Beberapa buku terjemahan ada yang sudah saya tandai, karena skill penerjemahnya amat bermasalah. Saya yakin kalau penulis aslinya tahu bukunya diterjemahkan secara ngasal, pasti mereka kecewa.

Namun beberapa buku lainnya ada yang saya puji setinggi langit kualitas terjemahannya. Selain bahasanya pulen, penerjemahnya nampak sangat menguasai materi dalam buku itu. Yang kayak gini saya jujur untuk memujinya.

Tapi saya sendiri ngaku terus terang tidak mampu menerjemah buku. Maka tak ada satu pun karya saya dalam hal menulis buku yang berupa terjemahan. Bukan berarti tidak pernah mencoba, tapi selalu gagal.

Tahu kenapa sebabnya?
Karena terbiasa mengkritik buruknya kualitas terjemahan orang. Akhirnya kena batunya, terjemahan saya sendiri pun saya jelek-jelekin sendiri.
Ya ampun . . .

 

[]

Copyright © 2008-2024 Derry Adrian Saleh All rights reserved.
This site is using the Desk Mess Mirrored theme, v2.5, from BuyNowShop.com.