Level Keilmuan
oleh Ahmad Sarwat.
Setiap cabang ilmu pasti ada level-levelnya. Matematika di level paling dasar itu cuma seputar operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Di level paling dasar itu, mulai dari anak SD sampai perguruan tinggi insyaallah masih bisa dengan mudah mengikuti.
Tapi kalau levelnya sudah naik agak tinggi, sebutlah misalnya Kalkulus, mulai pada rontok berguguran. Hanya anak cerdas dengan IQ tinggi yang bisa menikmati Kalkulus sebagai kesenangan.
Selebihnya, kita-kita yang IQ ngepas, meski bisa mengerjakan soal-soal Kalkulus tapi sangat memeras energi. Kayak habis manggul beras berkarung-karung.
* * *
Ilmu-ilmu Keislaman begitu juga, ada banyak levelnya dari yang paling dasar hingga yang rada bikin pusing. Tidak semua elemen umat Islam yang mampu mencerap ilmu-ilmu yang di level dewa.
Kalau baru sampai level ilmu tajwid dasar, saya kira semua kita paham dan masih bisa mengimbangi. Tapi kalau sudah masuk ke level perbedaan qiraat sab’ah atau ‘asyrah, nah mulai rada spaneng.
Belajar fiqih mazhab dasar insyaallah santai. Tapi kalau sudah mulai perbandingan mazhab, wah musti lebih konsetrasi. Apalagi perbedaan pandangan di dalam satu mazhab yang sama.
Bayangkan, sama-sama mazhab Syafi’i tapi kok beda-beda. Pasti bikin pusing kepala. Padahal sudah terlanjur membanggakan mazhab sendiri dan menyalahkan mazhab lain, ternyata di dalam satu mazhab sendiri pun masih ada khilafiyahnya juga.
Model-model kayak gitu sih yang kadang bikin mules dan nggak enak makan. Ujung-ujungnya ribut dengan sesama yang se-mazhab.
Disitulah akhirnya kita jadi tahu bahwa ilmu itu ada level-levelnya. Kadang di level dasar nampak sederhana, begitu masuk ke next level, difficulty levelnya semakin bikin pening kepala.
وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ
dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui. (QS. Yusuf : 76)
[]