Kitab Klasik

Posted by Derry Adrian Saleh on November 18, 2022 in Ahmad Sarwat |

oleh Ahmad Sarwat.

Ilmu-ilmu keislaman umumnya sudah ditulis pada ulama sejak awal-awal abad kedua hijriah. Kalau sekarang kita berada di tahun 1400-an, maka usianya banyak yang sudah lebih dari seribu tahun.

Saya coba hitung pakai konversi Hijriyah ke Masehi, bahwa al-Imam Asy-Syafi’i yang dikenal sebagai peletak dasar ilmu Ushul fiqih misalnya. Beliau menulis banyak kitab, yang paling populer adalah kitab Ar-Risalah dan juga Al-Umm.

Beliau wafat tahun 204 Hijriyah. Kalau angka tahun wafatnya kita konversikan ke tahun Masehi, maka hasilnya adalah tahun 819 Masehi. Itu berarti awal abad kesembilan Masehi.

Nah kalau kita buka buku sejarah, di tahun-tahun segitu di negeri kita, Candi Borobudur lagi dibangun.

Dalam banyak literatur diperkirakan candi itu dibangun sekitar abad ke-8 dan ke-9 Masehi. Mereka adalah Dinasti Syailendra yang merupakan penganut agama Buddha Mahayana.

Tanpa sadar sebenarnya ketika kita membaca kitab klasik, pada dasarnya kita lagi baca manuskrip kuno sejarah. Bayangkan, usianya seangkatan dengan Candi Borobudur.

Hebatnya, para santri bisa dengan lancar membaca kitab kuno seusia Borobudur. Sama sekali tidak ada kesulitan dari sisi bahasa bahkan secara grammar pun mereka menguasai.

Padahal siapa di antara siswa zaman sekarang yang bisa bahasa Sansekerta, apalagi mengeja huruf Pallawa? Mungkin sebatas hanya para ahli filologi saja yang mampu membacanya.

Ketahuilah bahwa kitab klasik itu wujud aslinya berupa manuskrip kuno. Namun di masa kita sekarang sudah diteliti secara mendalam. Istilah ilmiyah nya dilakukan tahqiq. Hasilnya kemudian didesain ulang menjadi buku modern, hingga diterbitkan dan dijual kepada khalayak.

Kita yang membelinya mungkin kurang sadar bahwa kitab yang di tangan kita ini asalnya berupa manuskrip kuno.

Kita menganggapnya seolah-olah ini buku modern seperti umumnya. Karena cetakannya pun modern, sampulnya juga modern, desainnya juga modern.

Sebagai bagian dari saksi sejarah, kitab-kitab klasik itu pastinya juga ikut punya peran sebagai dokumen sejarah yang menggambarkan bagaimana kondisi, budaya, ‘urf, serta pola kehidupan manusia di masa penulisannya.

Pastinya banyak hal yang berbeda dan berubah kalau kita kaitkan dengan pola kehidupan di masa kini. Sebab perubahan zaman itu sesuatu yang tidak bisa dipungkiri.

Maka membaca kitab klasik warisan ulama masa lalu punya tantangan tersendiri. Ada banyak sisi yang selalu jadi misteri, bahkan kita tidak bisa memahaminya, kecuali kita harus selami dulu sejarah masa lalu.

Beberapa pesantren dan perguruan tinggi Islam masih mempertahankan tradisi baca kitab klasik karya original para ulama yang hidupnya ribuan tahun yang lampau.

Namun beberapa ada yang sudah pakai kitab karya ulama modern, meski tetap berbahasa Arab, namun lebih mudah difahami, lebih sistematis dan lebih kekinian. Tidak ada jeda peradaban.

 

 

[]

Tags: ,

Copyright © 2008-2024 Derry Adrian Saleh All rights reserved.
This site is using the Desk Mess Mirrored theme, v2.5, from BuyNowShop.com.