Belajar dari Ibrahim Satannabah Al-Harawi (w.384H)
Suatu ketika al-Harawi bertekad pergi haji dengan telanjang kaki. Sesampainya di padang pasir, ia tinggal di sana selama beberapa hari tanpa makan atau minum sedikitpun.
Batinku, cerita al-Harawi, berkata, “Telah kudapatkan kedekatan dan posisi di sisi Allah ! (dengan perjalanan melelahkan ini)”
Tiba-tiba muncul di samping kananku seorang laki-laki berkata ketus, “Hai Ibrahim, kamu telah pamer kepada Allah dalam batinmu.”
Aku menoleh ke samping sambil berkata, “Yah, begitulah !”
Orang itu berkata lagi menanggapi, “Tahukah kamu, sudah berapa lama aku tinggal di sini ? Aku tidak makan dan minum, juga berkeinginan apapun hingga lapar sudah menjadi hukum kebiasaan !”
“Allah yang lebih tahu !” tanggapku.
“Hari ini, sudah 80 hari aku tidak makan apa-apa, namun aku masih malu pada Allah jika terbetik dalam benakku pemikiran yang terlintas dalam benakmu (pamer), padahal jika aku bersumpah atas nama Allah agar pohon ini menjadi emas, pastilah ia akan menjadi emas.
Aku, kisah al-Harawi, menjadi terkesiap dan tersadar.
——
Adakah dengan bershaum ramadhan sekarang ini kita sempat merasa “sudah dekat dengan Allah” ?