Abi, doaku nyangkut di mana ?

Posted by Derry Adrian Saleh on June 20, 2008 in Ishak Qadarsyah |

Minggu pagi itu dimulai dengan rengekan anakku, “Abi….. kita jalan-jalan yuk…..!”

“Mau jalan ke mana anakku, dan apa tujuan yang ingin kau capai ?” jawabku.

“Aku mau mengajak Abi jalan-jalan agar nanti bisa meminta Abi untuk membelikanku mobil-mobilan Hot Wheel kesukaanku ”, anakku menjelaskan secara antusias.

“Memangnya, engkau sudah berdoa, meminta terlebih dahulu kepada Allah, untuk memberikan kelebihan rezeki kepadamu, dan mengalirkannya lewat Abi, agar engkau dapat membeli mainan ?” jawabku penuh selidik.

“Karena sungguh, jika Allah mengabulkan doamu, maka Dia akan menambahkan rezeki Abi, untuk diberikan kepadamu….”, lanjutku, mengingatkannya kepada Sang Pemberi Rezeki.

“Sudah abi……”, anakku menjawab tak sabar. “Tapi….. doaku entah nyangkut di mana. Sampai saat ini aku tidak berhasil menabung untuk membeli mainan itu. Uang jajanku selalu habis…..”

Ku raih dan ku dudukkan anakku di pangkuanku.

“Dengarkan baik-baik anakku, Abi akan bercerita mengenai  perkataan Syaikh Ibnu Athaillah, yang terkait dengan hal ini, dan semoga engkau dapat mengambil pelajaran.

Anakku, Kelambatan masa pemberian Allah kepadamu, meskipun engkau telah bersungguh-sungguh dalam berdoa, janganlah menyebabkan engkau putus asa, sebab Allah telah memberikan jaminan terkabulnya doa yang engkau pinta sesuai dengan pilihan-Nya, bukan menurut keinginanmu, dan mengabulkan doa pada saat yang Dia kehendaki, bukan pada saat yang engkau kehendaki.

Belum terwujudnya janji Allah, sekalipun waktu yang ditentukan telah tiba, jangan sekali-kali membuatmu ragu terhadap janji-Nya, agar tidak membuat cacat penglihatan batinmu dan mamadamkan cahaya batinmu.

Janganlah engkau menyangka bahwa kasih sayang Allah kepadamu lepas bersamaan dengan tidak dikabulkannya doamu.


Tuntutanmu terhadap pengabulan doa kepada Allah merupakan prasangka burukmu kepada-Nya (seolah-olah Dia lalai terhadap keadaanmu, padahal Dia-lah Sang Pemelihara). Tuntutanmu kepada Allah menunjukkan ketidakhadiranmu di sisi-Nya.

Jika engkau tidak dapat berbaik sangka kepada Allah karena doamu belum terkabul, hendaklah engkau berbaik sangka kepada-Nya karena nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepadamu. Bukankah Dia selalu memberikan sesuatu yang baik kepadamu ? Dan bukankah Dia senantiasa memberikan anugerah nikmat kepadamu ?

Jika engkau telah sanggup berbaik sangka kepada Allah, bermohonlah kepada Allah agar Dia memberikan jalan bagi pengabulan doa dan hajatmu. Bisa lewat abi, atau lewat siapa saja yang dikehendakinya. Tapi lewat siapapun rezekimu dialirkan janganlah memalingkan engkau dari berharap kepada Allah, yang kemudian berubah menjadi berharap kepadanya.

Kau lihatlah keadaan Abi sekarang. Abi adalah mahluk yang tidak tidak dapat mencukupi kebutuhan sendiri, jika tidak diberikan dan diizinkan oleh Allah. Lalu bagaimanakah mungkin engkau mengadu dan bermohon kepada selain Allah untuk mencukupi kebutuhanmu, padahal Allah-lah yang mencukupinya. Dan bagaimana mungkin orang yang tidak mampu mencukupi kebutuhannya sendiri, dapat mencukupi kebutuhan orang lain.

Jika engkau bermohonan kepada selain diri-Nya, maka hal itu hanya menunjukkan sedikitnya rasa malumu kepada-Nya dan menjadi bukti jauhnya dirimu dari-Nya. Karena itu, janganlah engkau mengadukan kebutuhanmu kepada selain Allah, sebab Dia-lah yang mencukupi segala kebutuhanmu.

Anakku, ketika Allah menggerakkan lisanmu dengan suatu permohonan, ketahuilah bahwa Dia sungguh berkehendak memberi karunia kepadamu. Ketika engkau berdoa,  maka doamu selalu berada dalam tiga kedudukan, yang pertama adalah doa yang dikabulkan di dunia, karena doa tersebut memang sesuai dengan kebutuhan. Yang kedua adalah doa yang ditunda pengabulannya di akhirat. Dan yang ketiga adalah doa yang tidak dikabulkan, karena doa itu berbahaya bagi yang meminta jika dikabulkan, dan Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik.

Nah Anakku, doamu yang menggebu tidak dapat menembus dinding ketetapan takdir Tuhanmu. Karena itu, termasuk orang yang bodoh, siapa saja menginginkan sesuatu terwujud pada satu waktu, selain daripada apa yang diwujudkan Allah pada waktu / saat itu.

Bilamana Allah memberikan karunia kepadamu berupa pengabulan doa, tentu Dia sedang menunjukkan kebaikan-Nya kepadamu. Dan bila Dia tidak memberikan karunia kepadamu, tentu Dia sedang memperlihatkan kekuasannya kepadamu.

Saat memberi dan tidak memberi karunia, Allah selalu menampakkan sifat kehebatan-Nya kepadamu, serta menunjukkan kasih sayang-Nya kepadamu. Bukankah salah satu bukti kekuasaannya adalah Dia berkuasa untuk menghalangi doamu yang berbahaya untuk terkabul, dan menggantikannya dengan yang lebih baik ?

Pernahkah engkau berpikir bahwa bunyi doamu kepada Allah seperti bunyi perintah majikan yang bisa menunjuk dan memerintahkan Allah untuk mengabulkan doamu. Jika hal ini terjadi, siapa yang menjadi hamba dan siapa yang menjadi tuan? Apakah manusia menjadi hamba Allah yang menyerahkan keputusan pengabulan permohonan kepada Majikan-nya (Allah), ataukah, Allah menjadi budak manusia dalam mengabulkan permohonan dan doa tuannya (manusia), seperti pada kasus jin di lampu ajaib Aladin pada kisah 1001 malam ?

Nah, sadarkah engkau sekarang bahwa doamu seringkali tak memiliki adab sopan santun kepada Allah ? Janganlah engkau menuntut kepada Allah karena tertundanya keberhasilan suatu permohonan yang engkau ajukan. Tetapi tuntutlah dirimu sendiri lantaran kemerosotan sopan santunmu dalam bermohon kepada-Nya.”

Ketahuilah anakku, tidak akan pernah terasa sulit jika permintaanmu engkau sandarkan kepada Tuhanmu, dan tidak bakalan mudah tercapai permintaanmu jika engkau sandarkan kepada (usaha) dirimu. Kekanglah jiwamu dari kegalauan untuk mengatur kebutuhan duniawi. Karena apapun yang telah diaturkan Allah atas dirimu, engkau tidak perlu mengaturnya sendiri. Kesungguhan dalam mencari rezeki yang sudah ditanggungkan Allah bagimu, dan kelengahanmu terhadap tuntutan Allah kepadamu, menunjukkan kurang jernihnya penglihatan batinmu.”

Anakku, manggut-manggut. Kelihatannya aqalnya yang belum akil baligh itu belum mampu menampung seluruh kalimat tersebut secara menyeluruh. Mungkin hanya sebagian. Tapi biarlah, karena aku tahu bahwa kalimat itu akan terhunjam kuat di hatinya, dan akan tumbuh seiring waktu dan usianya untuk membuahkan hikmah tak tertahan di kedewasaannya nanti.

Semoga Allah memberikanmu hati yang berserah pasrah dan ikhlas atas ketentuan dan kekuasan-Nya. Apapun hasil doamu. Seperti seorang anak yang tahu, bahwa larangan ibunya adalah untuk kebaikannya. Amin

Copyright © 2008-2024 Derry Adrian Saleh All rights reserved.
This site is using the Desk Mess Mirrored theme, v2.5, from BuyNowShop.com.