The Hand Behind The Sword

Posted by Derry Adrian Saleh on May 22, 2008 in Ishak Qadarsyah |

Sore itu aku mengajak anakku berjalan-jalan. Kebetulan sore hari itu cerah. Kami berjalan-jalan ke jalan asia afrika di mana musium asia afrika masih berdiri megah. Tapi kosong melompong. Sebuah gedung yang melahirkan konfrensi asia afrika tingkat dunia itu, sekarang tidak mampu lagi menelurkan kemegahan Indonesia di tengah kancah asia maupun dunia.

Di tengah ceritaku memperkenalkan sejarah Indonesia, anakku menyela, “Abi, kenapa ketika zaman dahulu gedung ini sanggup menelurkan konfrensi tingkat dunia, sedangkan sekarang hanya menjadi musium ?”

Ah, pertanyaan yang sulit, terutama untuk pola anak ku yang masih kecil. Kelihatannya kesederhanaan pemikiran anak-anaknya masih belum siap jika jawabannya kuterangkan secara ilmiah.

“Ya Allah, jangan biarkan anakku dalam ketidaktahuan ! Berikan cahaya-Mu”. Tiba-tiba terbersit metode mengajar kuno yang masih sering digunakan, ya, Analogi. Tapi… analogi apa yang bisa mendidiknya ?

“Tolong aku lagi ya Allah…” Belum selesai jeritanku, tiba-tiba saya teringat cerita waktu saya kecil dari ayah saya tentang “The Man Behind The Gun / orang di balik pistol”. Tapi ku rubah sedikit skenarionya menjadi “The Hand Behind The Sword / tangan yang memegang pedang.“ Agar lebih islami, dan agar aku bisa mengajukan “pertanyaan penutup pembicaraan”.

Ku bimbing langkah anakku ke pojokan musium itu, agar tidak menganggu pengunjung yang lain, dan mulailah cerita ayah dan anak itu.

“Anakku, ketika Umar bin Khattab menjabat sebagai khalifah, dia meminta kepada Amr bin Ma’dy Karb untuk memperlihatkan pedangnya yang bernama “Ashshamshamah”. Maka pedang itu diperlihatkan kepada Umar bin Khattab dan langsung dicoba untuk memakainya.

Namun di tangan Umar bin Khattab pedang itu tumpul dan biasa-biasa saja. Umar pun melepar pedang itu sambil berkata, “Hai Amr! Inikah pedangmu Ashshamshamah yang terkenal itu ? Ternyata ia tidak punya keistimewaan apa-apa dan tumpul !

Amr bin Ma’dy Karb menjawab, “Ya Amiral Mukminin! Tuan hanya meminta pedang itu, tetapi Tuan tidak meminta kepadaku tangan di belakangnya yang mempergunakan pedang itu.”

Nah anakku, Pandanglah lebih dalam. Jika orang lain hanya bisa melihat yang tersurat, maka engkau harus dapat melihat yang tersirat. Janganlah kau hanya melihat pedang, tapi lihatlah orang yang memegang pedang itu kemudian menghunusnya. Lihatlah anakku, pedang hanyalah alat yang tak mampu memotong apapun tanpa ada yang memegangnya.

Jika dahulu engkau melihat Sukarno mampu menelurkan konfrensi tingkat dunia, mungkinkah engkau menjadi “The Hand Behind The Sword” yang mampu menelurkan konfrensi tingkat dunia dan akhirat dari gedung ini ?”
Inilah pertanyaan penutup cerita. Anakku, tampak tak berekspresi, kecuali mengangguk-angguk kecil. Mungkin sedang berpikir. Tapi saya yakin benih pembicaraan hari ini telah menanamkan benih di kedalaman benaknya untuk dipikirkan lebih lanjut.

Ah anakku, semoga engkau menjadi “The hand behind The Sword” yang mampu memotong dan mengiris tanpa melukai. Amin…….

Copyright © 2008-2024 Derry Adrian Saleh All rights reserved.
This site is using the Desk Mess Mirrored theme, v2.5, from BuyNowShop.com.