Kesombongan meciptakan huruf arab baru yang ke 29
Suatu hari, seorang pemuda kampung di arab bertemu dengan Abul ‘ala Al Ma’arri, seorang penyair yang berbakat. Pemuda itu berkata, “Siapakah engkau ?” Abul ‘Ala berkata, “Akulah Abul ‘Ala Ma’arri seorang ahli syair yang terkenal di kalanganmu.” Pemuda itu kembali berkata : “jika begitu aku bersyukur dapat bertemu dengan penyair yang berbakat sepertimu, tapi…. bukankah engkau yang mendendangkan gubahan syair berikut ini ?
“Meskipun aku adalah generasi yang datang belakangan, tetapi aku mampu melakukan terobosan yang tidak dapat dicapai oleh generasi terdahulu.”
Abul ‘Ala mengiyakan, “Betul, syair itu kuungkapkan tanpa ada tendensi kesombongan.” Pemuda itu kembali berkata, “Gubahan syair yang bagus sekali. Semuanya menunjukkan pada rasa percaya diri yang berlebihan. Perlu engkau ketahui, generasi pendahulu kita itu telah berhasil membuat abjad / huruf arab sebanyak 28 huruf, apakah engkau akan menambahkannya lagi ? Mendengar kritikan itu Abul ‘Ala diam seribu bahasa seraya berujar, “Demi Allah, aku belum pernah mendapatkan kritikan yang membungkam mulutku untuk menjawabnya seperti sekarang ini.
Syarh dari pentahkik.
Anakku, kesombongan adalah mengagungkan dan memuliakan diri serta menganggap rendah orang lain. Perasaan ini timbul dari beberapa faktor, terutama ujub. Sombong kadang disebut ujub karena memang disebabkan olehnya. Orang merasa sombong karena tidak menyadari tingginya kekuasaan Allah.
Allah swt mengecam keras orang–orang yang sombong (QS 40:35 dan QS 16:23), sebab, hanya Dia-lah yang layak menyandang kesombongan.
Adapun kesombongan ada tiga macam :
1. Sombong dengan ketaatan kepada Allah swt
2. Sombong dengan perilaku mengikuti sunah Rasulullah saw
3. Sombong kepada sesama manusia
Kesombongan yang terakhir adalah merasa lebih baik dari pada orang lain sehingga meremehkan mereka dan tidak mau menerima kebenaran dari mereka. Hal ini terjadi karena menganggap dirinyalah yang benar. Bahkan mereka tetap akan menolaknya meskipun mereka secara sadar tahu dan mengakui dalam hatinya bahwa itu adalah sebuah kebenaran. Dengan kesombongan, ia menyepelekan kebenaran dengan mengusung kepongahannya.
Anakku, kesombongan terhadap makhluk sering kali membuahkan kesombongan kepada sang Khalik. Seperti kesombongan Iblis terhadap makhluk (yaitu Nabi Adam as)., walaupun ia tahu benar bahwa Allah memuliakannya. Pada akhirnya kesombongan itu telah membuat Iblis sombong kepada Allah dengan menolak perintah-Nya untuk bersujud kepada Adam as., Kesombongan kepada Allah itulah yang pada akhirnya membuatnya dilaknat seluruh makhluk, dan ketentuan masuk neraka baginya.
Sedemikian bahayanya sikap sombong, karena siapa pun yang merasa lebih baik dari pada orang lain akan cenderung untuk menolak kebenaran dari orang yang dianggapnya lebih rendah. Padahal takaran ketinggian dan kerendahan itu belum tentu sesuai dengan angan-angannya.
Anakku, jika engkau menyadari bahwa kelebihan-kelebihan yang engkau miliki adalah pemberian dari Allah, masihkah engkau berani menyombongkannya di hadapan Allah yang memberikannya ? Apa jadinya jika ditanggalkan-Nya mahkota dan singgasana yang telah dikaruniakannya kepadamu. Masihkah orang-orang mendatangimu? Bukankah engkau seyogianya bersyukur, karena nikmat Allah berupa kelebihan itu jatuh padamu, bukan kepada yang lain. Allah berkenan memuliakanmu dengannya. Maka menyombongkan nikmat berupa kelebihan itu hanya mencoreng kemuliaan yang telah ada padamu.
Ingatlah anakku, ketika seorang tinggi menemukan kelebihan maka ia akan rendah hati, sedangkan jika orang rendah menemukan kelebihan maka ia akan tinggi hati.
Demikianlah, inti kesombongan adalah memandang diri agung, dan buahnya adalah merendahkan orang lain seperti menolak kebaikan, kendati pun kebaikan itu diakui dan di sadarinya, dan pada akhirnya kesombongan kepada Allah ta’ala.
Semoga Allah melindungi dari sifat sombong. Amin……