Rukyatus Syams

Posted by Derry Adrian Saleh on November 11, 2022 in Ahmad Sarwat |

oleh Ahmad Sarwat.

Biasanya kita akrab dengan istilah rukyatul-hilal, khususnya menjelang masuk Ramadhan. Intinya melihat apakah ada penampakan hilal Ramadhan.

As-Syamsu adalah matahari dan kita tidak mengenal istilah rukyatus-syams. Padahal sebagaimana kita tahu, dalam menentukan waktu-waktu ibadah, tidak hanya berdasarkan bulan, tetapi juga berdasarkan posisi matahari.

Untuk waktu shalat dalam sehari lima kali, waktunya didasarkan pada posisi matahari. Zhuhur itu ketika matahari tepat di atas kepala dan sedikit bergeres ke Barat alias zawal. Ashar, Maghrib, Isya dan Shubuh waktunya berdasarkan posisi matahari.

Sedangkan untuk puasa Ramadhan, kita menggunakan posisi bulan untuk mengetahui perpindahan dari bulan sebelumnya ke bulan selanjutnya.

Posisi bulan apakah sudah nampak atau belum, didasarkan pada penghilahatan mata telanjang alias rukyat. Kadang hilal nampak di mata dan kadang tidak nampak. Akibatnya sebulan itu kadang 29 hari tapi kadang juga 30 hari, tergantung hasil rukyat dan pengambil keputusan tertinggi.

Sedangkan untuk waktu shalat yang berdasarkan posisi matahari, nyaris tidak ada aturan terkait dengan rukyat. Bahkan dalam prakteknya, kita semua umat Islam sekarang ini semata-mata hanya mengandalkan jadwal shalat.

Tidak pernah kita harus repot keluar rumah sekedar untuk merukyat matahari, apakah sudah zawal atau belum. Maghrib pun kita shalat ikut jadwal shalat, tidak perlu melakukan rukyatus-syams dulu.

* * *

Pertanyaannya : untuk shalat gerhana bulan, apakah harus dilakukan rukyat juga?

Kalau bicara waktu shalat, biasanya kita pakai jadwal shalat. Dan shalat gerhana itu ada jadwalnya persis sebagaimana jadwal shalat lima waktu. Hanya posisinya bukan matahari terbit atau terbenam, tapi matahari tertutup oleh bulan (gerhana matahari), atau pantulan sinar matahari di permukaan bulan tertutup oleh bumi kita (gerhana bulan).

Kita tidak perlu melakukan rukyatusy-syams, cukup pakai jadwal waktu shalat biasa. Bahwa gerhananya nampak atau tidak nampak di mata, tidak terlalu jadi soal.

Kita tetap shalat Maghrib ketika matahari terbenam, meski pas hujan besar dan sama sekali tidak melihat proses terbenamnya matahari. Kita lihat jadwal waktu shalat Maghrib. Dan yang pada puasa pun berbuka pas Maghrib tanpa harus merukyat matahari.

 

 

[]

Tags: , ,

Copyright © 2008-2024 Derry Adrian Saleh All rights reserved.
This site is using the Desk Mess Mirrored theme, v2.5, from BuyNowShop.com.