Musuh Yang Bikin Bingung
oleh Ahmad Sarwat.
Ketika kekuatan melawan tentara Belanda tidak bisa diimbangi dengan peralatan dan senjata, maka para pejuang kita menggunakan taktik gerilya.
Dan tentara Belanda kala itu lumayan kewalahan meladeninya. Salah satunya karena dalam pandangan mereka, musuhnya sulit dibedakan dengan rakyat biasa. Dan para pejuang kita saat itu memang tidak berseragam, tampil seolah-olah sebagai rakyat jelata. Tidak tahunya, ternyata mereka pejuang kemerdekaan.
Hal yang sama juga dialami oleh tentara Amerika di Vietnam. Dalam pandangan tentara Amerika, sulit sekali membedakan antara rakyat jelata dengan lawan mereka. Bahkan semua wajah orang vietnam nyaris sama saja. Malah ada yang dibilang bahwa mereka semua kembar.
Operasi pemberantasan para teroris di dunia pun mendapatkan kesulitan yang kurang lebih sama. Mereka agak kesulitan membedakan mana rakyat sipil dan mana teroris pemberontak.
Salah satu kesulitan dalam sebuah peperangan adalah ketika para tentara tidak bisa lagi membedakan mana musuh yang harus ditembak, dan mana yang bukan musuh.
Apalagi penampilan mereka semua nyaris sama.
Maka dari itu, hampir semua pertandingan olahraga mengharuskan para pemainnya memakai kostum yang bisa membedakan kawan dan lawan. Bahkan pertandingan sepak bola kampung pun mengharuskan salah satu kesebelasan tampil berbeda dengan lawannya. Tidak ada kaus, maka salah satu kesebelasan harus tampil telanjang dada. Ini demi membedakan mana kawan dan mana lawan.
Gerakan dakwah hari ini nampaknya juga mengalami gejala problem yang sama. Sulit untuk membedakan mana kawan dan mana lawan. Kadang sesama gerakan dakwah malah saling serang dan saling bermusuhan.
Padahal masih banyak orang yang jelas-jelas bisa dijadikan sasaran dakwah, dimana mereka jauh lebih membutuhkan perhatian dari para aktifis gerakan dakwah ini, ketimbang sibuk saling mengujat dengan sesama.
Tetapi demikian lah salah satu tantangan terbesarnya. Ketika gerakan dakwah kebingunan untuk membedakan mana kawan yang harus dibela dan mana lawan yang harus dimusuhi.
Dan tidak sedikit dari berbagai gerakan dakwah itu terbolak-balik. Musuh yang harusnya dilawan malah diperlakukan sedemikian manisnya, sementara kawan sendiri malah ditembaki secara membabi buta.
Memang jauh lebih mudah menghadapi musuh yang besar dan kuat, tetapi jelas-jelas statusnya sebagai musuh dan mudah dibedakan dari lainnya, ketimbang harus menghadapi mereka yang tidak jelas statusnya, apakah harus dimusuhi atau harus didekati.
[]