Hafal Al-Qur’an
catatan dari ucapan Ahmad Bahauddin Nursalim.
Ketika puncak Tabi’in bangga karena hafal al-Qur’an lebih banyak dari sahabat, oleh Sahabat Nabi di-enyek, diingatkan.
“Mestilah kamu menghafalkan Qur’an lebih mudah, karena kamu menghafalkan saja.
Lah kalau aku, satu ayat diturunkan, kulaksanakan, jadi tidak menghafal ayat berikutnya. Nah kalau kamu kan sesudah hafal ayat enam, naik ayat tujuh, setelah tujuh kemudian delapan.”
Contoh mudahnya begini, misalkan Anda berada di masa Nabi, ada khitab (seruan) : wa jahidu bi amwalikum wa anfusikum. Kamu harus jihad dengan harta dan diri kalian.
Belum sampai dihafalkan, kami harus menyiapkan alat perang, harus datang di Badar, di Khaibar, di Khandaq. Itu kan memakan waktu berbulan-bulan. Mestilah tidak akan bisa naik kelas hafalannya.
Kunna na’mal al Quran qabla an nahqodhuhu, wa anta tahqodhu al quran qobla an ta’maluhu
Biar para hafidz ini tidak besar kepala, biar tidak sombong.
Diingat-ingat pesan Sahabat Nabi tersebut.
Kami itu harus melakukan langsung sebelum kami menghafalkannya,
sedangkan kamu menghafalkan dulu sebelum melakukan.
[]
Tiap masa, tiap zaman ada tantangannya sendiri-sendiri.