Pilihan dalam Paksaan
oleh Ishak Qadarsyah.
Pengalaman pribadi saya (yang mungkin berbeda dengan orang lain atau dianggap tidak valid) dalam melihat karakter orang dalam menerima cobaan itu. Ketika Tuhan berkehendak menimpakan cobaan kepada seorang manusia, maka tidak ada kekuasaan usaha manusia yang akan mampu menghindar atau melawan. Cobaan akan tetap datang baik ia suka atau tidak.
FASE MANUSIA AWAM
(1) PENOLAKAN, berharap cobaan ini hanya mimpi, dan besok semuanya akan kembali baik-baik saja. Namun ternyata besoknya cobaan ini malah menjadi semakin nyata. Ia kemudian akan berusaha dengan usahanya untuk keluar dari masalah yg dibawa oleh cobaan itu.
Ketika semua usahanya itu sia-sia, manusia kemudian masuk ke fase …
(2) PROTEST tidak menerima diberi cobaan (pertanyaan : why me – kenapa harus saya yang diberi cobaan seberat ini ) / marah kepada Tuhan dan mencari kambing hitam. Protes ini akan lewat tanpa jawaban. Mana ada pengawas yang menjawab pertanyaan peserta ujian terkait soal yg dihadapinya, bukan ?
Melihat protesnya ini tidak membuahkan hasil, manusia akan memasuki tahap …
(3) MENYOGOK TUHAN agar dapat keluar dari masalah cobaannya. Saya akan ibadah lebih giat lagi, saya akan meminta maaf, dll. Namun, Tuhan maha kaya, nggak mempan di sogok. Setelah semua sia-sia, manusia akan jatuh terpuruk dan mengakui bahwa dirinya lemah, dan Tuhan maha kuasa. Sesaat ia akan mundur diri dan berdiam diri. Ia mulai menilai semua yang terjadi dengan pikiran yang lebih sehat dan jernih. Meng-kalkulasi alternatif solusi sehat dari perubahan-perubahan yang terjadi, termasuk perubahan tak diinginkan yang di bawa oleh permasalahan coban yang datang kepadanya.
Dan mulai terjadi tahap …
(4) PENERIMAAN / QOBILTU, Ia mulai dapat menerima kenyataan tidak dapat mengubah takdir dan ia mulai berdamai dengan takdir. Muncul kesadaran bahwa perubahan yang dibawa cobaan ini akan tetap berlaku baik ia suka ataupun tidak.
(5) SABAR. Setelah melalui usaha 4 tahap di atas, dan sia-sia, maka tidak ada alternatif lain selain bersabar. Mungkin sebagian orang mengatakan ini sebagai SABAR YANG TERPAKSA.
Ya ngak apa-apa, bukankah Allah maha pemaksa (Al Jabbar) ?
Sampai di sini usaha perbaikan manusia berhasil. Jika ia tidak menerima cobaan, maka pahitnya cobaan tetap datang, namun ia tidak dapat pahala, sedangkan jika ia menerima, maka pedihnya cobaan akan tetap datang, namun setidaknya ia mendapatkan pahala dan penghapusan dosa. Tidak ada pilihan baik selain pilihan terakhir. Maka hasilnya adalah manusia yang memiliki pahala dan ampunan atas dosa-dosanya.
MANUSIA BERILMU
(6) SYUKUR. Semua manusia berilmu pernah awam. Namun dengan belajar ia akan memiliki tambahan ilmu. Ilmu yang dimilikinya akan mengatakan bahwa sifat positif Allah lebih luas di banding sifat negatif Allah, maka hal tersebut membuat manusia jenis ini – hati dan ruhnya jatuh cinta kepada Allah. Bagaikan seorang anak yang dimarahi oleh ibunya, ia akan tetap kembali memeluk ibunya, semata karena kesadaran bahwa ibunya melakukan itu semua demi kebaikannya. Bahwa obat pahit yang diberikan ibunya adalah untuk kesehatannya juga. Manusia jenis inilah yang berterima kasih (BERSYUKUR) kepada ibunya ketika diberi pil pahit ketika sakit. Manusia inilah yang memiliki KEIKHLASAN dalam KESABARAN menghadapi cobaan.
KESIMPULAN
Pada dasarnya manusia tidak bisa memilih di level mana ia berada. Manusia hanya bisa mengikuti aliran arus yang di skenariokan Tuhan kepadanya. Semakin tinggi keshalehan seseorang maka cobaannya pun akan semakin berat. Tinggal kita sabar meniti tangga demi tangga. Tuhan “mewajibkan” semua hambanya masuk ke surga. Jika seorang hamba tidak mampu mencapai surga dengan ketaatan, maka ia akan dimasukkan ke surga dengan rantai cobaan (yang tentu saja akan sangat berat).
Siapa yang tidak mendekat kepada Allah, padahal sudah dihadiahi berbagai kenikmatan, maka akan diseret (agar mendekat) kepada-Nya dengan rantai cobaan. – Ibnu Athaillah
Wallahu ‘alam.
Semoga Allah memahamkan dan mengumpulkan yg terserak. Amin.
[]