Sampaikan kebaikan, walau kau belum melakukannya
Sebelum anakku berangkat sekolah, aku memberikan pemanasan ramadhan bagi anakku dengan sebuah pesan :
“Anakku, perbanyaklah amalmu, dengan memberikan nasehat yang baik kepada temanmu !”
“Iya abi….” jawab anakku sambil berangkat sekolah
Tapi anakku pulang sekolah dengan wajah memberengut.
“Kenapa mukamu dilipat begitu anakku ?” tanyaku
“Aku sebel ! Ketika aku mengikuti perkataan abi untuk memberikan nasehat yang baik kepada temanku, maka temanku berkata : “Ah, kau sok nasehati orang, pikiran aja deh dirimu sendiri……””
Ah, anakku sudah mulai mengenal pahit getirnya berdakwah.
Ku ambil anakku ke pangkuanku, sambil menghapus kerut yang ada di kedua alisnya, sekedar menghapus rasa marahnya.
“Anakku ketahuilah, bahwa pada zaman dahulu Al Hasan berkata kepada Mutharrif bin ‘Abdullah bin Asy-Syakhir Al Harsyi : “Hai Mutharrif, nasihatilah teman-temanmu !”
Mutharrif menjawab : “Aku takut mengatakan apa yang tidak aku lakukan.”
Mendengar jawaban itu, Al Hasan menimpalinya : “Semoga Allah merahmatimu. Kapan-kapan dia akan mengerjaakan apa yang dia katakan. Dengan jawabanmu seperti itu, syaithan yakin merasa beruntung, sebab jika itu jalan pikiranmu, maka tidak ada seorang pun yang akan menyuruh kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran.”
Nah anakku, dari cerita itu engkau dapat mengambil pelajaran bahwa, untuk tingkatanmu, jika engkau ingin menyampaikan sebuah nasehat kebaikan, maka sampaikanlah walaupun engkau belum melakukannya. Ada kalanya seseorang telah diberikan pengetahuan tentang hakikat sebuah kebaikan oleh Allah, tetapi belum diberikan kesempatan untuk melakukannya. Jika hal tersebut terjadi, janganlah menghalangi penyebaran kebenaran tersebut.
Teruslah kau lakukan itu, sampai engkau mencapai tingkatan wara’ yang lebih tinggi, yaitu tingkatan di mana seseorang menjadi contoh pertama bagi apa yang didakwahkannya.