Jurnalis
oleh Ahmad Sarwat.
Seberapa sering kita kena prank klikbait dimana judul yang ditawarkan tidak sama dengan isi? Jarang? Sering? Atau malah setiap hari?
Lantas apa yang kita rasakan manakala kena prank semacam itu? Kesal? Gondok? Sebel? Atau malah bisa maklum karena kita sendiri juga suka mengerjakan tipu-tipu kayak gitu juga?
Yang pasti kita jadi repot untuk melakukan konfirmasi ulang ke berbagai pihak akibat prank-prank judul semacam ini, bukan? Sebab kalau kita main percaya begitu saja, akibatnya malah jadi lebih fatal.
Pertanyaannya : kenapa sih ada orang yang suka nge-prank kayak gitu? Apa kira-kira motivasinya? Mau tipu-tipu biar banyak yang nge-klik? Bukankah kalau begitu nanti tidak akan dipercaya lagi? Bukankah tindakan tidak berbudi itu justru merugikan diri sendiri? Bukan justru orang nanti jadi tidak mau percaya lagi?
* * *
Kalau motivasinya pasti macam-macam, bisa karena uang, ketenaran, politik najis, atau memang dasarnya teroris tukang bikin onar saja.
Namun lepas dari itu semua, yang paling penting adalah bagaimana cara kita mendapatkan jaminan dan rasa percaya, bahwa suatu judul berita yang kita akses itu benar-benar merupakan link yang sepenuhnya jujur, tidak tipu-tipu dan menceritakan apa adanya dengan membedakan antara fakta dan opini.
Intinya apa antisipasi yang bisa kita lakukan agar kita tidak jadi korban hoaks yang tidak ada ujung pangkalnya?
Yang paling utama tentu saja melakukan konfirmasi langsung dari sumber beritanya. Kalau perlu sumber itu diwawancarai dan dimintakan tanggapannya.
Namun tidak semua kita punya akses untuk melakukan pelacakan langsung kepada sumber berita. Sebab pekerjaan semacam ini memang butuh skill tersendiri, yang juga harus ditunjang dengan jam terbang yang tinggi.
Kerja seperti itulah yang merupakan core bisnis sekaligus tanggung jawab seorang jurnalis. Jenis pekerjaan yang sangat dibutuhkan, namun mulai agak langka.
Media sosial kita hari ini sudah melangkah terlalu maju, siapa saja bisa memanfaatkannya, sementara kemampuan masyarakat di bidang jurnalisme masih terlalu awam.
Seorang jurnalis bukan sekedar orang yang menulis berita, tetapi dia harus bekerja dengan prinsip-prinsip etika jurnalistik. Kalau media sosial sekarang dipenuhi dengan hoaks sampah, ketahuilah penyebabnya karena pelakunya sama sekali bukan seorang jurnalis.
Karya seorang jurnalis pastinya mengikuti kaidah-kaidah dasar dalam ilmu jurnalitik, bukan sekedar comot-comot berita lalu diberi sejuta kebohongan biar orang pada baca.
Ngga percaya sama berita dari masyarakat yang jujur itu penghinaan. Percaya begitu saja pada berita dari masyarakat yang sakit, itu ketololan.
[]