Belagu
oleh : Ahmad Sarwat.
Saya pernah jadi anak belagu, tapi itu dulu sih. Gara-garanya kena pengaruh teman-teman yang ngajakin saya ikut sebuah pengajian.
Kenapa saya bilang belagu, karena gara-gara ikut kelompok pengajian itu kelakuan saya jadi berubah, ya jadi belagu. Saya mulai suka menghakimi orang, menyalah-nyalahkan para kiyai dan ulama.
Merasa paling mengerti agama dan paling suci, orang lain nggak ada yang benar. Semua salah dan semua kudu dikoreksi. Ah, betapa belagunya saya waktu itu.
Di pengajian itu memang kita langsung dibukakan ayat Qur’an, bahkan kita baca terjemahannya. Dengan pakai ayat Qur’an, kami saat itu merasa sudah di posisi paling atas dalam hirarki kebenaran.
Soalnya kita pakai Qur’an, sementara orang lain cuma pakai pendapat manusia. Tentu kita dong yang pasti benar, soalnya kan kita pakai Qur’an.
Padahal ayat-ayat yang kami sering sitir dan pergunakan itu lebih banyak kita tafsir-tafsirkan sendiri. Atau lebih tepatnya cuma hasil cocokologi saja. Tapi emang dasar belagu, pokoknye kagak ada matinye.
Untungnya lama-lama saya malu hati sendiri. Sebab saya sering juga dipertemukan dengan tokoh orang alim yang ilmunya tinggi. Jadi malu sendiri karena terlanjur congkak dan tinggi hati. Padahal ilmu nggak ada seujung kuku.
Ah kalau ingat zaman ancur kayak gitu, jadi pengen koprol dan guling-guling di kasur.
Yang paling bikin saya malu banget ketika saya tidak bisa bahasa Arab. Ngomong sama orang Arab nggak bisa, baca kitab apalagi.
Dan di level jadi anak tanggung kayak gitu dulu, kami nggak pernah dikenalkan ilmu khilafiyah. Pokoknya semua itu hitam dan putih. Kalau mereka ikuti maunya kita dan setuju serta mendukung selera kita, berarti mereka benar dan jadi saudara kita seperjuangan.
Tapi kalau pendapat mereka kok bersebrangan dengan selera kita, berarti mereka itu di dalam kebatilan, kemungkaran, kezaliman dan Jahiliyah. Mereka itu musuh dan lawan yang harus dihadapi dengan cara keras.
Waduh duh . . .
Tapi memang mungkin begitu barangkali alurnya. Awalnya belagu dulu, lama-lama sadar diri dan tahu diri.
Terus lama-lama malu sendiri. . .
Been there Done that.
[]